Jumat, 04 Februari 2011

Sepeda Ontel, Si Tua yang Selalu Bikin Muda

Susah rasanya untuk nggak mengakui kalau kendaraan warisan leluhur ini sebenarnya lucu dan unik. Saat Aplaus ikut turun ke lapangan pun, semua mata tertuju pada ontel yang dinaiki, bukan pada orangnya.


ORANG dulu suka memanggilnya sepeda unta. Bentuknya memang masih sama seperti sepeda lainnya. Hanya saja, berhubung usinya yang sudah uzur, ia dikategorikan dalam sepeda tua. Pun begitu, tidak sedikit orang yang sampai sekarang tetap menaruh cinta pada sepeda antik tersebut. Para pencinta ontel ini kerap mengitari Lapangan Merdeka dan sekitarnya di hari-hari libur. Komunitas ontel di Medan itu sendiri bernama MESAC (Medan Sepeda Antique Club), yang diresmikan tahun 2002, tepatnya di bulan Mei. Mereka sungguh mencintai warisan ini dan sangat ingin melestarikannya. Kegiatan ini juga memberikan keasyikan tersendiri dalam hidup mereka. Ah, seperti jatuh cinta saja.

Lihat saja saat mereka menaiki sepeda ontel. Semua sepeda yang unik-unik ini dalam keadaan bersih dan penuh perawatan. Tidak heran, kendaraan kayuh roda dua ini cocok dilabeli pepatah tua-tua keladi. Makin tua, makin mahal pula harganya. Biar lebih bisa mendalami perasaan mereka, maka Aplaus mulai mencari tau apa yang menjadi penyebab para pencinta sepeda ontel sampai saat ini rela merogoh koceknya demi mendapatkan ontel yang terbaik. Yap, caranya adalah mengikuti kegiatan yang MESAC lakukan seperti konvoi bareng.

Hari yang kami pilih tentu adalah hari libur. Inilah momen yang pas untuk menarik perhatian masyarakat tentang keunikan sepeda dan para pencinta yang bergabung di dalamnya. Berlokasi di putaran lapangan Merdeka, satu per satu hingga mencapai dua puluhan sepeda ontel sudah mulai berbaris. Tentu sepeda yang berjejer rapi ini tidak sejenis. Ada yang untuk cowok dan ada pula untuk cewek. Mulai dari yang besar, sampai yang kecil.

Tepat pukul tujuh pagi, para pesepeda ontel ini mulai memainkan bel sepedanya yang nyaring sambil membawa si ontel mengelilingi jalanan Medan. Tentunya bukan sembarang jalan yang mereka lalui saat itu. Mereka sudah menentukan rute untuk berkeliling kota Deli ini. Dari salah seorang pengurus, Aplaus juga baru tau kalau terdapat sekitar 180 orang yang menjadi anggota komunitas MESAC ini. Namun layaknya hukum alam, sedikit demi sedikit, anggota pencinta ontel di Medan in pun tergerus hingga sekitar 70 orang yang aktif.

Namun, ini juga jumlah yang cukup banyak juga. Sebab, selain mereka, masih ada lagi komunitas yang menamakan diri mereka sebagai simpatisan yang mengidolakan sepeda antik ini. Dan biasanya mereka selalu ikut nimbrung sesekali bila ada waktu. Sambil melihat mimik wajah para pesepeda ontel ini, memang nggak bisa dipungkiri kalau kebanyakan dari mereka usianya sudah cukup berumur.

Pun demikian, semangat berarak-arak Kota Medan dengan bersepeda tua ini tidak membuat mereka setua usia yang sesungguhnya. Sambil melihat pesepeda ontel yang masih muda, Aplaus pikir mungkin semangat yang terus memudakan ini pulalah yang membuat sebagian anak muda Medan mengikuti rute keliling Medan kemarin bareng MESAC.

Arak-arak MESAC Selalu Bikin Semarak
Saat berkeliling bersama, komunitas ini juga bercerita kalau mereka sering diundang oleh pemerintah kota Medan untuk memeriahkan momen-momen tertentu. Nggak salah juga sih. Sebab, selain dapat meramaikan dan memeriahkan suatu acara, mereka dapat memberikan motivasi kepada masyarakat untuk membudayakan pola hidup sehat dengan bersepeda.

Untuk kegiatan konvoi, daerah-daerah yang kerap menjadi ladang mereka untuk bersepeda biasanya dimulai dari Lapangan Merdeka, Belawan, Binjai, Kisaran, sampai Tanjung Balai. Dan Aplaus sempat pula terkejut ketika mendengar bahwa beberapa anggota MESAC pernah membawa ontel mereka ke negara tetangga seperti Malaysia. Panjang juga perjalanan sepeda tua mereka ini.

Di sela-sela obrolan, mereka juga sempat bertutur bahwa banyaknya komunitas di luar Medan juga menjadi salah satu alasan yang membuat mereka untuk kerap menyambangi daerah luar Medan. “Selain untuk menambah relasi, tentunya kunjungan ke berbagai daerah yang membutuhkan guide ini juga bertujuan untuk meningkatkan komitmen kami memajukan MESAC lebih dan lebih lagi,” begitu papar Sulaiman—anggota MESAC yang juga memiliki galeri sepeda ontel—menjawab pertanyaan yang saya lontarkan.

Selain konvoi, anggota tua-muda yang bergabung dalam komunitas ini juga tak jarang mengadakan sharing bersama untuk membahas masalah ontel. Mulai dari jadwal keliling bersama, sampai masalah pakaian juga menjadi obrolan yang asyik bagi mereka. Soal pakaian, memang belum seluruh pengendara ontel memakai pakaian jadul yang khas. Soalnya, “Masalah pakaian sebenarnya cukup fleksibel. Artinya si pengendara tidak harus mengenakan pakaian jadul.” Tapi bagi saya pribadi, sepertinya ada yang kurang kalo para pesepeda antik ini nggak memakai baju usang yang dekat dengan kesan jadul.

Sayangi Ontelmu
Sebenarnya semua bengkel bisa dijadikan tempat perawatan sepeda ontel. Namun kalau untuk perawatan pembersihan saja, lebih baik sang pemilik sajalah yang merawatnya. Dan karena sepeda ini digolongkan dalam kelompok kendaraan tua yang terdiri dari bermacam bentuk, jenis hingga merk. Maklumlah, karena usianya sudah banyak, perawatan sepeda ini juga harus lebih ekstra, agar tetap eksis dan nyaman dikendarai.

Bahkan Pakde—sapaan terhadap Ketua MESAC—yang memiliki 5 sepeda usang ini sendiri juga mengakui kalau masing-masing sepeda punya perawatan yang berbeda. Untuk berkeliling, biasanya dia menggunakan merk Gajele dan Relyx.

Nah, biar sepeda ini sudah tua, sepeda usang ini juga punya aksesori yang nggak kalah antik. Maksudnya, biasanya aksesori ini juga seumuran dengan sepeda yang ditempatinya. Ada aksesori yang terlihat berkarat, ada pula yang yang sudah dimodifikasi sparepart-nya.

Makanya jangan heran kalau melihat rombongan ontel berjalan, biasanya semua sepedanya bersih, mengkilap dan dipenuhi aksesori yang menghibur mata. Karena aksesori ini sangat beragam, maka sudah pasti harganya beragam. Pasalnya untuk mendapatkan aksesori yang asli, nggak jarang para pesepeda ontel ini kudu hunting ke beberapa daerah, bahkan luar negeri jika tidak terdapat di dalam negara.


Ontel, Barang Langka
Mata orang awam sih bakal ngeliat semua bentuk sepeda tua ini seragam. Namun, kalau kamu cukup jeli, maka kamu akan menemukan bentuk yang unik dan tiada duanya. Untuk yang cowok dinamai sepeda batangan, tapi untuk yang cewek dinamai sepeda lengkung. Berhubung Belanda adalah negara pertama yang mengenalkan sepeda ontel di Indonesia, maka kita juga perlu mengenal nama asli mereka, yaitu Opafiets (sepeda ontel cowok) dan Omafiets (sepeda ontel cewek).

Aksesoris yang melekat di tubuhnya juga punya ragam tersendiri. Pakde bilang dulu ada sepeda yang menggunakan lilin yang berbahan bakar minyak sebagai salah satu lampu penerangannya. Sayang, dari antara mereka, tidak ada lagi yang memiliki sepeda dengan aksesoris seperti itu. Rata-rata udah menggunakan penerangan lampu bertenaga dinamo sepeda yang ditempelkan pada bagian atas roda sepeda. Lampu kecil ini biasanya berupa motor listrik kecil sebagai sumber operasionalnya. Bentuknya juga lain-lain. Mulai dari bundar bahkan sampai persegi empat.

Nggak cuma lampu penerangan, bel yang menempel pada sepeda kayuh ini juga bermacam-macam. Ada yang klasik (kring-kring), ada pula menirukan suara terompet atau bahkan sirine. Dan, seolah tidak mau kalah dengan motor, ada sepada ontel yang dimodifikasi. Ada yang memakai rem cakram atau torpedo. Lalu, kecepatannya juga bisa dengan pengaturan stang. Tinggal menambahkan semacam gear kecepatan pada stang-nya, maka kecepatan sepeda akan berganti seketika.

Walau seabrek make over itu lantas membuat sepeda ontel tidak orisinal lagi, tapi harap maklum sajalah. Soalnya, spare part aslinya udah sulit dicari. Tidak jarang, sesama pencinta juga saling bertukar aksesoris alias barter. Terakhir, soal merek, kita bisa menjumpai Simplex, Fongers, Gruno, Juncker dan Gazelle. Sayangnya, sampai sekarang hanya sedikit dari mereka tetap bertahan sebagai produsen, yaitu Gazelle dan Batavus.

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6915963



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger